Rantai beban menggigit punggung,
Langkah kecil memikul dunia,
Aku adalah saksi bisu,
Kisah ini keras tak kenal ampun.
Tangan mungil mengangkat batu,
Bahu lemah menahan pilu.
Peluh jadi saksi perjuangan,
Namun dunia hanya tertawa kejam.
Darah di tangan, air mata di tanah,
Mimpi terkubur di bawah beban megah.
Tulang punggung dunia, retak namun tetap berdiri,
Melawan badai, menantang api.
Setiap langkah membawa luka,
Namun aku tak bisa menyerah.
Jerit kecil tak pernah terdengar,
Di antara hiruk-pikuk keangkuhan.
Langit hitam jadi saksi bisu,
Penderitaan yang tak pernah selesai.
Kau tak lihat tangan yang menggenggam,
Menggigil tapi tak mau menyerah!
Kau tak tahu jiwa yang hampir mati,
Namun terus melangkah di atas bara!
Tulang punggung dunia, retak namun tetap berdiri,
Melawan badai, menantang api.
Setiap langkah membawa luka,
Namun aku tak bisa menyerah.
Bayang kecil yang dulu lugu,
Kini menjadi bayang bisu.
Aku adalah kereta yang berjalan sendiri,
Menembus badai tanpa henti.
Tulang punggung ini mungkin retak,
Namun tak akan pernah patah.
Aku terus berdiri, walau dunia menindih,
Karena aku adalah tulang punggung dunia.