[ Verse 1
Bangun pagi, perut kosong, ngelamun,
Mikir gimana caranya dapur tetap kepul.
Upah segitu-segitu aja, nggak pernah naik,
Harga naik tiap hari, hidup makin pelik.
Kita kerja keras, tapi hasil minim,
Yang kaya makin kaya, kita cuma mimpi.
Tanah dijual, rumah digusur tanpa perasaan,
Hak kita dirampas atas nama pembangunan.
[Chorus
Keresahan orang miskin, siapa yang tahu?
Hidup di bawah, terinjak tanpa restu.
Mimpi jadi kabut, harapan jadi debu,
Kami ada, tapi kami tak pernah diakui waktu.
[ Verse 2
Anak kecil lari-lari, nyeker di jalan,
Senyum polos, tapi masa depan suram.
Sekolah jadi barang mewah, bukan hak,
Padahal mereka juga punya mimpi besar di otak.
Di meja makan, cuma ada nasi putih,
Lauk seadanya, tapi syukur masih berdiri.
Buruh dihajar waktu, petani dihajar harga,
Tapi di kursi tinggi mereka lupa siapa kita.
[Chorus
Keresahan orang miskin, siapa yang tahu?
Hidup di bawah, terinjak tanpa restu.
Mimpi jadi kabut, harapan jadi debu,
Kami ada, tapi kami tak pernah diakui waktu.
[Bridge
Tapi kita tetap berdiri, walau rapuh,
Tetap berjuang walau semua terasa lumpuh.
Karena orang kecil punya hati yang besar,
Mimpi kita takkan pernah pudar.