Makan mie ayam, lagi kencan,
Tetap hangat, meski malam kelam.
Tiba-tiba datang sosok mencekam,
Preman sial gak beradab, bikin kelam.
Goceng gue kasih, harap tenang,
Tapi dia minta ceban, bikin marah.
Lidah ini panas, hati gue terbakar,
Menghadapi preman, semua jadi liar.
Woy, semua ini gak adil,
Mie ayam enak, kini terasa pahit.
Lo ambil hak gue, seolah gak ada,
Preman sial, pergi jauh dari sini!
Woy, semua ini gak adil,
Mie ayam enak, kini terasa pahit.
Lo ambil hak gue, seolah gak ada,
Preman sial, pergi jauh dari sini!
Dia berdiri, tatap penuh ancaman,
Cuma pacar, bukan laga gladiator.
Kisah kita, jadi gak terduga,
Di tengah malam, jadi pesona hantu.
Goceng gue kasih, harap tenang,
Tapi dia minta ceban, bikin marah.
Lidah ini panas, hati gue terbakar,
Menghadapi preman, semua jadi liar.
Woy, semua ini gak adil,
Mie ayam enak, kini terasa pahit.
Lo ambil hak gue, seolah gak ada,
Preman sial, pergi jauh dari sini!
Woy, semua ini gak adil,
Mie ayam enak, kini terasa pahit.
Lo ambil hak gue, seolah gak ada,
Preman sial, pergi jauh dari sini!
Goceng gue kasih, harap tenang,
Tapi dia minta ceban, bikin marah.
Lidah ini panas, hati gue terbakar,
Menghadapi preman, semua jadi liar.
Woy, semua ini gak adil,
Mie ayam enak, kini terasa pahit.
Lo ambil hak gue, seolah gak ada,
Preman sial, pergi jauh dari sini!
Woy, semua ini gak adil,
Mie ayam enak, kini terasa pahit.
Lo ambil hak gue, seolah gak ada,
Preman sial, pergi jauh dari sini!
Gak ada lagi rasa manis,
Hanya kemarahan dalam hati.
Mie ayam, pacar, semua hilang,
Di bawah bayang preman yang menakutkan.